Di Balik Dunia

Jugun ianfu adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada wanita (bahasa Inggris comfort women) yang menjadi korban dalam perbudakan seks selama Perang Dunia II di koloni Jepang dan wilayah perang. Jugun ianfu merupakan wanita yang dipaksa untuk menjadi pemuas kebutuhan seksual tentara Jepang yang ada di Indonesia dan juga di negara-negara jajahan Jepang lainnya pada kurun waktu tahun 1942-1945. Menurut riset oleh Dr. Hirofumi Hayashi, seorang profesor di Universitas Kanto Gakuin, jugun ianfu termasuk orang Jepang, Korea, Tiongkok, Malaya (Malaysia dan Singapura), Thailand, Filipina, Indonesia, Myanmar, Vietnam, Indo, orang Eropa di beberapa daerah kolonial (Inggris, Belanda, Prancis, Portugis), dan penduduk kepulauan Pasifik. Jumlah perkiraan dari jugun ianfu ini pada saat perang, berkisar antara 20.000 dan 30.000. Pengakuan dari beberapa jugun ianfu yang masih hidup jumlah ini sepertinya berada di batas atas dari angka di atas. Kebanyakan rumah bordilnya berada di pangkalan m...

Akhir-akhir ini para aktifis perempuan, aktifis feminis, termasuk saya, mungkin lebih banyak merasa gelisah, resah, marah, karena sepertinya kesadaran kolektif masyarakat dan pembuat kebijakan kita terkait keadailan gender mengalami set-back alias kemunduran. Alasan utama tentu saja adalah karena akhir-akhir ini ada banyak upaya untuk membatasi gerak perempuan dan mengembalikan perempuan ke ranah domestik. Upaya-upaya tsb sudah semakin bersifat sistematis, dari kampanye dan demo di jalanan sampai dengan jalur legislatif. Di jalanan kita melihat demo dan kampanye yang bis dibilang anti perempuan marak, biasanya memakai sentimen agama yang memang masih sangat laku di negeri ini. Sedang di parlemen kita melihat upaya yang lebih sistematis, misalnya dengan memasukkan RUU KK ke dalam prolegnas, sedangkan RUU PKS justru dikeluarkan dari prolegnas 2020. Meski merasa sangat pesimis dengan kondisi bangsa saat ini, tapi kita juga gak mau berhenti di titik pesimis deh. Karena itu dalam momen...

Sejak merebaknya virus corona di Indonesia sejak awal Maret, maka segera bermunculan klaim2 penemuan jamu anti corona oleh beberapa pihak. Salah satu dampak yang segera dirasakan adalah harga empon-empon, yaitu rempah2 bahan jamu seperti jahe, kunyit, temulawak, sereh, dll meroket. Embok-embok jamu gendhong pun "menjerit", karena harga jamu susah naik, padahal harga bahan baku meroket. Yang menarik adalah dari beberapa klaim yang sudah duluan muncul, baru klaim dari Hadi Pranoto, yang sempat disebut sebagai professor dan dokter, yang bisa dibilang viral dan heboh. bahkan sampai dikasus hukumkan, yang kemudian berbuah "laporan balik". Mengapa dan bagaimana kita harus menyikapi klaim2 semacam itu? Mengingat pada satu sisi kita ini memang kaya dengan berbagai produk herbal yang memiliki kasiat tingi untuk kesehatan? Video ini dimaksudkan untuk membahas kasus ini secara cerdas supaya kalau ada kasus serupa di kemudian hari, kita tidak mudah terkecoh dan ikut-ikutan...

Saat ini sistem dan nilai patrilineal dan patriarkal / patriarkhis menjadi sistem dan nilai yang mendominasi masyarakat di dunia. Meskipun sudah terbukti bahwa sistem dan nilai itu terus mendegradasi, mendiskriminasi, dan meminggirkan perempuan maupun gender ke 3, 4, 5, dst. Kita lupa bahwa dalam sejarahnya, hampir seluruh masyarakat di belahan dunia pernah menganut sistem dan nilai matrilineal dan matriarkal / matriarkhis. Matrilineal adalah sebuah sistem dan nilai dimana garis keturunan dihitung dari garis ibu sedangkan matriarkal / matriarkhis adalah sistem dan nilai dimana kepemimpinan ada di tangan perempuan dan norma-norma dibangun berdasarkan prespektif dan pengalaman perempuan. Saat ini kita masih bisa menemukan jejak-jejak matrilineal dan matriarkal / matriarkhis tersebut di berbagai belahan dunia, video ini dimaksudkan untuk memperluas wawasan penonton tentang jejak-jejak matrilineal dan matriarkal / matriarkhis di dunia. Dimana salah satunya ada di Indonesia.